21 Januari 2008

Pelantikan Anggota Pathfinder dan Master Guide Jemaat CP BSD.

Oleh Indiarto Priadi, Departemen Komunikasi CP BSD

Pernahkah anda berlari kencang dalam waktu relatif lama kemudian berhenti menarik nafas cukup lama dan bersiap untuk berlari dengan kecepatan serupa? Saya pernah, dan itu tidak mudah. Kaki sepertinya enggan diajak berkoordinasi oleh otak sementara peluh lengket di badan, sehingga tidak nyaman.

Situasi yang hampir serupa, namun semoga tidak terbukti adalah ketika jemaat CP BSD hendak menyelenggarakan lagi kegiatan Pathfinder dan Master Guide. 3 tahun lebih kegiatan ini mandek bahkan mati suri. Tetapi tahun baru dan anggota majelis baru tampaknya memiliki semangat sebesar dan setinggi Gunung Everest. Alhasil diputuskanlah revitalisasi kegiatan para remaja dan orang muda (oh ya, orang tua pun dipersilakan ikut jika ingin menjadi Master Guide).

19 Januari lalu, pascakebaktian Sabat, aktifitas yang sudah lama tidak terlihat muncul kembali. Sedikitnya 50 orang baik anak-anak usia 4 sampai 10 tahun, remaja hingga orang tua mengikuti acara pelantikan anggota Petualan (Adventurer), Pathfinder dan Master Guide.

Bayangkan semangatnya. Yel-yel berulangkali membahana di ruang sempit CP BSD. Apalagi suara anak-anak yang mendapati hal baru dengan aneka petualangan di depan mereka. Bahkan suara anggota Master Guide kalah oleh anak-anak ini.

“Menghidupkan kembali kegiatan ini adalah rencana besar yang harus terealisasi, karena kita memiliki kewajiban untuk melayani sesama sekaligus ikut serta dalam kegiatan misionaris”, demikian pesan Eko Crisnawanto, ketua Departemen Pemuda Advent CP BSD.

“Kegiatan ini sempat vakum, tetapi aktifitas hari ini menunjukkan semangat besar jemaat CP BSD untuk meningkatkan kemampuan jemaatnya dalam banyak hal kecakapan”, imbuh Frans Maulany, Pembina Master Guide CP BSD.

Rencana revitalisasi aktifitas Pathfinder dan Master Guide digalang sejak 2 pekan lalu. Dalam rapat terbatas para sponsor PA pertama tahun 2008, semua sepakat untuk mempromosikan kegiatan ini di depan jemaat. Tak kalah Klub Adventurer yang dipimpin Early Hutapea pun bersemangat untuk mengidupkan kegiatan anak-anak.

Jadilah pada Sabat 12 Januari 2008, tim Master Guide berpromosi dengan tayangan dan foto berbagai aktifitas Master Guide di CP BSD dan mancanegara. Seluruh anggota jemaat pun diminta menyanyikan “lagu wajib Pathfinder”. Memang mereka bernyanyi dengan terbata-bata (karena tidak banyak yang hapal, atau tidak tahu), tetapi semangat itu begitu terasa, karena menjadi pandu Yesus Kristus adalah sebuah kebanggan.

Api sudah dikobarkan, dan semangat sudah menyala. Masalahnya bagaimana menjaga bara itu untuk tetap panas dan membakar semangat setiap orang yang terlibat, adalah pertanyaan yang harus dijawab bukan hanya oleh para Pembina Master Guide, Pathfinder dan Adventurer. Semua anggota jemaat, semua orang tua yang memiliki anak baik kelas anak-anak maupun remaja juga terlibat di dalamnya. Kesuksesan dan kegagalan kegiatan ini adalah milik semua orang.

Mungkin ada yang meragukan kemampuan seseorang yang akan berlari selepas beristirahat akan sama kencang seperti sebelumnya. Inilah yang akan dijawab oleh jemaat CP BSD. Jumlah anggota boleh sedikit, tetapi semangat dan imannyanya sebesar biji sesawi yang akan memindahkan sebuah gunung.

God help us.

God of Small Things atau Tuhan atas Perkara-perkara Kecil

Ketika berbicara tentang alam semesta, secara otomatis kita akan berpikir siapa yang membuatnya? Siapa yang memilikinya? Siapa yang mengaturnya?

Di luar sana banyak orang pintar, cendekiawan, ilmuwan, ahli fisika membicarakan teori penciptaan alam semesta yaitu Big Bang atau ledakan besar. Tidak ada makhluk yang terlibat dalam peristiwa itu. Namun teori itu pun layak kita pertanyakan bagaimana alam mengatur diri sendiri. .

Saya mengajak Anda kembali membayangkan bila bermilyar-milyar benda langit (istilahnya googol untuk angka sebanyak 24 digit) bertindak semaunya sendiri alangkah semrawutnya alam semesta ini. Seperti halnya lalu lintas di Jakarta karena adanya pembangunan busway. Tabrakan antarbenda langit masih terjadi, makanya kita lihat meteor. Tetapi sejauh ini hal itu belum membuat masalah karena di langit kita ada atmosfer yang menjadi selimut pelindung sekaligus sumber oksigen.

Pasti ada sesuatu, yaitu makhluk yang sangat berkuasa yang mengatur hukum di alam semesta. Sehingga Semua benda langit berjalan teratur

Ayat-ayat berikut

Mazmur 19:2 Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

Ayb. 38:33: Apakah engkau mengetahui hukum-hukum bagi langit? atau menetapkan pemerintahannya di atas bumi?

Mazmur 89:11-12 Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi, dunia serta isinya Engkaulah yang mendasarkannya; seharusnya membuat kita lebih percaya bahwa Tuhan adalah pencipta, pemilik dan pengatur alam semesta.

Tidak ada orang beriman yang menyangsikan kebesaran Tuhan. Yang luar biasa, Tuhan secara konsekuen mengatur ciptaannya secara teliti.

Namun hanya membicarakan karya Tuhan pada perkara-perkara besar dapat membuat kita rendah diri. Dapat timbul pertanyaan apakah Tuhan akan perhatian kepada hal-hal kecil. Apakah Ia peduli terhadap urusan dan kesuitan saya? Kemudian kita cenderung mengabaikan rasa terima kasih atas KasihNya.

Saya tidak akan mengatakan anda semua tidak melibatkan Tuhan dalam hidup anda. Pekerjaan, jodoh, masa depan, kesehatan, tidak mungkin terlewatkan dari permintaan kita kepada Tuhan. Tapi bagaimana dengan tubuh yang membungkuk, nafas yang sesak, jerawat yang tumbuh melewati normal, atau berterimakasih karena nafas yang kita hirup sehari-hari atau darah yang mengalir secara spontan dari jantung kita. Apakah itu juga anda komunikasikan denganNya?

Saya selalu kagum pada setiap orang yang menyaksikan hubungan pribadinya dengan Tuhan. Saya mungkin adalah salah satu orang yang tidak pernah memiliki keberanian atau memiliki sebuah hal yang dapat saya saksikan tentang karya besar Tuhan pada saya. Untuk itu seharusnya saya malu dan harus mengubah cara pandang tentang karya Tuhan pada manusia. Tuhan ternyata masih bersedia repot-repot mengurus persoalan kecil setiap kita dan makhluk hidup lain.

Saya ajak anda menyimak ayat berikut untuk melihat kesediaan Tuhan mengurusi ciptaannya dari ukuran konglomerat hingga ke hal-hal mikro.

2Taw. 7:13: Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku,

Sengaja saya mengutip ayat itu tanpa konteks dengan ayat-ayat yang sebelum dan sesudahnya. Saya mengajak anda melihat dan menggaris bawahi hal-hal berikut. Ayat tersebut sama seperti Perda DKI yang berlaku setiap pukul 7.00-10.00 dan 16.30-19.00 yaitu three in one. Pengaturan terhadap tiga hal termaktub dalam satu ayat, yaitu Allah mengatur benda langit (langit dan cuaca) yang luuuuuuaaaaassss sekali, makhluk hidup (belalang, hasil bumi atau tumbuhan dan umatKU/manusia) serta benda mikro (penyakit sampar atau pes).

Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah dapat saja mengabaikan kejadian ini. Toh hanya dua butir debu di pantai alam semesta. Namun tanggapan Sang Pencipta begitu luar biasa. Mungkin di luar nalar, yaitu ia membuat rencana penebusan yang tidak akan pernah dimengerti.

Pada saat yang bersamaan telah terjadi perubahan dramatis pada satu planet bernama bumi akibat dosa. Penyakit, kelaparan, kejahatan bahkan kematian, yang mungkin tidak pernah ada sebelumnya. Menghadapi hal ini manusia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melibatkan kekuasaanNya.

Ef. 4:10: Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.

Kehadiran Kristus di dunia tidak melulu menyiapkan rencana penebusan yang merupakan usaha mahabesar dan beresiko tinggi. Ellen White pada Signs of Times 25 Okt 1905 menulis “pekerjaan Kristus adalah untuk membersihkan orang kusta dari penyakitnya yang berbahaya itu merupakan satu ilustrasi peerjaanNya dalam membersihkan jiwa-jiwa dari dosa. Orang yang datang pada Yesus adalah mereka yang penuh dengan kusta. Racun yang mematikan telah menguasai tubuhnya. Para muridNya berusaha mencegah tuan mereka menjamahnya, karena saat itu ada pengertian barangsiapa yang menjamah orang berpenyakit kusta akan menjadi najis. Tetapi dengan menaruh tanganNya ke atas orang itu, Yesus tidak menerima kenajisan itu. jamahanNya memberikan satu kuasa hidup”.

Kutipan tadi kita dapat artikan pada pekerjaan Kristus yang mengurusi dua hal. Pertama penebusan secara makro, yaitu menebus/menyucikan umat manusia dari dosa yang dilambangkan penyakit kusta. Kedua Kristus menyucikan secara mikro dengan menyembuhkan penyakit kusta.

Saya tinggalkan sebentar pekerjaan makro Kristus karena hendak mengajak anda pada istilah God of Small Things atau Allah atas perkara-perkara kecil. Penyakit kusta disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae. Penyakit yang sudah jarang ditemukan di jaman sekarang ini biasanya timbul karena hidup kita tidak higienis. Jarang mandi atau tidak pakai sabun. Ia timbul seperti panu yang berwarna putih atau kemerah-merahan. Mula-mula kecil dan menyebar. Penyakit ini sangat tepat menggambarkan dosa. Dosa selalu timbul karena kita bergaul dengan lingkungan yang buruk, berpikir dengan semangat kepicikan benci dan iri hati. Seperti racun yang menyebar tanpa terasa hingga akhirnya membuat kita tenggelam. Kusta pun demikian. Seperti panu yang cenderung diabaikan penyakit kusta menyebar perlahan hingga tiba-tiba menjadi kronis. Akibatnya satu-demi satu anggota tubuh copot, karena persendian yang rapuh termakan sang bakteri. Pengobatannya berlangsung lama 1 hingga 3 tahun. Kalaupun sembuh, kerusakan yang terjadi bersifat ireversibel atau tak dapat dikembalikan seperti awal. Demikian pula dosa. Penebusan memang hanya sekali, tetapi pengobatannya terutama mengubah sifat dan perilaku sehari-hari bersifat lama, bahkan tak jarang kambuh kembali. Sebut saja sifat pemarah dan iri hati yang dapat timbul sewaktu-waktu walaupun seseorang telah menerima Kristus sebagai penebus.

Manusia memiliki kecenderungan mengabaikan hal-hal kecil. Mengapa? Seperti halnya lusifer yang terjerumus ke dalam dosa, karena sibuk berpikir pada hal-hal di luar dirinya. Kekuasaan, kekuatan, penebusan, dan penciptaan adalah obsesinya, yang membuatnya tidak memiliki rasa terima kasih atas tugas besarnya sebagai pejabat elite di pemerintahan surga. Manusia yang jatuh ke dalam dosa sering mengadopsi pemikiran bapa segala kejahatan itu yang gemar berpikir ekstra besar, dan melupakan hal-hal remeh namun penting.

Mat. 6:26: Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

Mat. 10:29-30: Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.

Burung pipit adalah salah satu burung yang sering diabaikan. Tidak cantik seperti cendrawasih. Kecil tidak seperti burung elang yang kokoh dan tangkas. Namun makhluk sekecil itu Tuhan perhatikan dan pelihara. Demikian juga jumlah rambut yang Tuhan dapat hitung, menandakan Ia tidak hanya maha mengetahui, tetapi juga sangat peduli. Manusia biasanya cuma peduli pada warna rambut, kesehatan rambut, tatanan rambut dan mode. Tidak banyak yang peduli dengan jumlah rambur. Mungkin ada yang tahu berapa jumlah rambut rata-rata manusia? Perempuan? Laki-laki? Orang Papua atau bule? Berapa jumlah rambut normal di kepala? Kalau jumlah rambut yang rontok normalnya berapa, kita lebih tahu, karena sedikit. Tetapi jumlah rambut di kepala? Tuhan tahu dan peduli, karena Dia yang menciptakan.

Matius 17:20 mengatakan: Tidak ada masalah yang terlalu besar bagi Allah. Namun berpijak pada Matius 6:26 dan Matius 10:29-30, adalah masuk akal pula untuk mengatakan : Tidak ada masalah yang terlalu kecil bagi Allah!

Namun masuk akal untuk mempertanyakan seberapa kecil yang Allah pedulikan dari persoalan kita? Tidakkah Allah punya persoalan sesemesta alam untuk diurus, sehingga tidak elok bila kita mengajukan persoalan jerawat kepada Dia. Betulkah begitu?

Saya teringat kotbah pendeta Malau Sabat lalu. Beliau mengingatkan kita untuk melibatkan Tuhan dalam pendidikan anak-anak kita sampai urusan bayar uang sekolah. Mengutip beliau, Tuhan mengatakan anakanak adalah titipannya sehingga adalah masuk akal untuk melaporkan persoalan anak-anak kita kepadaNya.

Saya menangkap hal itu bukan sekedar persoalan lapor-melapor. Ada yang lebih krusial, yaitu masalah kedekatan hubungan kita dengan Bapa kita. Ingat saya menekankan kata Bapa sebagai kata ganti Allah atau Tuhan. Karena istilah itu, seharusnya Anak-bapa berkomunikasi secara dekat.

Matius 6:6: Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Matius 14:23: Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.

Luk. 6:12: Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

Ayat-ayat tersebut secara khusus mengandung arti penciptaan hubungan yang erat. Saya membayangkan dengan pengertian saya hubungan erat antara orang tua dan anak seperti kepada Joshua dan Diva. Kami akan bercakap-cakap tentang pelajaran di sekolah, tentang jerawat Jojo yang mulai timbul, atau Diva yang makannya banyak. Rasanya tidak ada hal yang terlalu remeh untuk tidak dibicarakan dalam kesempatan perbincangan itu.

Berdoa di dalam kamar menciptakan suasana yang bebas dari perasaan takut ketahuan orang lain, atau malu atas isi doa itu juga kekhusukan menjadi lebih terjaga. Kita bebas berbicara apa saja kepadaNya.

Yesus juga mencari waktu khusus yang disisihkanNya untuk berbicara dengan Bapa di surga. Yang menarik adalah tengah malam hingga menjelang dini hari. Sepertinya bukan waktu yang pendek. Saya membayangkan waktu selama itu (minimal dua jam) tidak hanya diisi dengan minta kekuatan, kesehatan, atau makanan hari ini yang mungkin selesai hanya dalam 10 menit. Bayangkan dengan doa terpanjang kita kalau doa syafaat paling banter 5 menit. Itu pun kita akan mengeluh lutut atau dengkul sudah sakit atau punggung sudah pegal atau kita tidak tahu mau bicara apa lagi. Kita tidak terbiasa berbicara hal-hal remeh dan kecil pada Bapa kita. Jadi saya pikir, selain berbicara tentang bebannya yang harus mati di kayu salib, Yesus akan juga berbicara tentang kelakuan para Imam, Petrus yang keras kepala, Thomas yang tidak mau percaya atau Yudas yang siap menyerahkanNya kepada imam Yahudi.

Kini perhatikan tiga ayat berikut;

Mzm. 37:5: Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;

Mazmur 55:22: Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.

1Ptr. 5:7: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Saya mengajak anda secara khusus pada untuk memperhatikan kata segala pada 1 Petrus 5:7. Apakah ada batasnya kata segala itu? Entah jika ada berpendapat lain, saya mengartikan segala berarti semuanya tak ada batasnya baik jenis maupun ukuran besar kecil.

Banyak kasus kriminal di kalangan remaja, seperti perkelahian, mabuk, narkoba, hubungan seks di luar nikah pelakunya adalah remaja yang bermasalah di rumah. Entah orang tua yang bercerai atau terlalu sibuk. Tidak ada waktu yang cukup bagi orang tua dan anak untuk duduk bersama mendengarkan atau merasakan problema sang anak hingga sekecil-kecilnya. Atau anak yang takut kepada orang tuanya sehingga lebih suka menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebaya, yang mengantarkannya ke jurang kesesatan.

Untuk skala makro hubungan erat antara Bapa kita di surga dan kita sebagai individu seharunya tercermin dalam hubungan antara orang tua dan anak. Semakin erat hubungan itu semakin manis pula ikatan keduanya, tanpa ada pengganggu. Kita pun dapat mengungkapkan hal-hal apa saja kepadaNya.

Hambatan hubungan erat antara manusia dan Penciptanya adalah:

  1. dosa
  2. rasa rendah diri

Kedua hal tersebut saling berkaitan. Dosa menghalangi kita mendekat kepada kemuliaan Tuhan. Kalaupun kita sudah ditebus oleh darah Yesus, sudah keburu tercipta kerusakan dan hambatan berupa rasa rendah diri yang kronis. Kita cenderung melewatkan waktu bersama-sama dengan Dia. Bahkan doa yang harusnya menjadi media komunikasi menjadi sekedar rutinitas. Doa makan, doa tidur, doa perjalanan dan doa-doa biasa lainnya yang bukan wadah yang menunjukkan kedekatan kita dengan Bapa kita. Tahan nggak kita berbicara dengan Tuhan seperti halnya Yesus berdoa semalaman? Ini PR kita bersama.

Lalu apa sih untungnya kita melaporkan hal-hal kecil dan remeh kepada Tuhan? Ingat Tuhan mempersilakan kita menyampaikan segala kekuatiran. Sekali lagi segala kekuatiran.

Pertama: kita mendapat jaminan full coverage/ perlindungan penuh seperti asuransi all risk, tidak ada kata kecuali.

Kedua: hubungan kita dengan Tuhan menjadi akrab. Ada sekelompok orang yang gemar curhat melalui buku harian/jurnal/diary. Biasanya buku tersebut akan selalu dibawa kemana-mana oleh sang penulisnya karena keterikatan yang erat. Demikian juga hubungan yang timbul jika kita gemar berbicara dengan Tuhan hingga ke hal-hal remeh.

Ketiga: tumbuh rasa terima kasih dan syukur, karena kita terbiasa mengamati uluran tangan Tuhan pada hal-hal kecil di sekeliling kita. Seberapa seringkah kita bersyukur karena darah kita mengalir dengan lancer, walau kita tidur. Atau pernahkan kita memerhatikan betapa nikmatnya buang air tanpa hambatan setiap hari, karena mekanisme tubuh kita tidak bermasalah? Inilah hebatnya orang yang melihat campur tangan Tuhan pada hal-hal kecil, ia akan selalu menganggap perlu untuk mengatakan Tuhan terima kasih atas hidup saya yang indah sampai ke hal-hal remeh.

Saudara, saya mengajak kita semua termasuk saya sendiri untuk mengembangkan cara berkomunikasi yang berbeda sama sekali dengan Tuhan. Tuhan memang mahatahu, Ia tahu persoalan kita hingga sekecil-kecilnya. Namun Ia telah menebus kita tidak hanya sebagai makhluk ciptaan tetapi juga sebagai anak yang perlu dekat setiap hari. Jangan khawatir untuk menyampaikan hal-hal remeh kepadaNya karena Ia Bapa kita, Bapa yang baik yang akanmendengarkan setiap keluhan anakNya.

Betapa indahnya hubungan Henokh dengan Tuhan seperti tertulis Kej 5:24., Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah. Jika kita mau hidup di surga dengan Tuhan selama 1000 tahun, kita harus tahu bagaimana berkomunikasi dengan nyaman hingga ke hal-hal yang paling kecil sekalipun.

Kiranya Tuhan memberkati.

KASIH PERSAUDARAAN

Oleh: Indiarto Priadi

Tahun 2001, kami sekeluarga pindah ke BSD. Sebelum tahu ada gereja di antara ruko ini, kami berbakti ke Bintaro atau kadang-kadang berkeliling ke MT Haryono hingga ke Tanjung Priok, tempat saya bergereja waktu kecil. Kemudian Pdtm Suciyanto dan beberapa teman melawat dan mengisiki untuk bergereja di CPBSD.

Saya melihat jemaat ini seperti perkumpulan keluarga. Kecil, tenang. Rasanya akan mudah bagi semua orang untuk mengingat Sabat lalu isteri saya ke gereja memakai tas warna apa dengan baju berbentuk apa. Atau ingat karena kami selalu memakai barang itu berhubung punyanya hanya itu.

Ada untungnya bergereja di tempat kecil. Karena tidak banyak orang, hubungan antaranggota sangat dekat. Ruginya, tempat ini dekat ke mana-mana, yaitu dengan dengan wc, dekat dengan tangga, dekat ke mimbar, atau 4 L yaitu lu lagi-lu lagi, saking sempitnya.

Saya mengingat perayaan 17 belasan di depan rumah Pdt Suciyanto yang diikuti semua orang. Seru.

Seiring perjalanan waktu inilah kita sekarang. Jumlah anggota mungkin 3 atau 4 kali lipat dibanding 7 tahun lalu. Dengan luas ruangan yang bertambah 100 persen. Kemajuan? Tentu. siapa yang berani menyangkal ini bukan kemajuan. Namun itu baru dari segi fisik. Kita jangan lupakan kerohanian dan hubungan persaudaraan.

Itulah masalah penting kita pada usia jemaat yang sudah 20 tahun ini.

Organisasi gereja memiliki perbedaan dengan organisasi yang mencari keuntungan, atau organisasi politik. Apalagi di tingkat akar rumput seperti kita di sini. Karena di tingkat atas organisasi gereja kita mungkin lebih kurang sama dengan organisasi dunia. Mari kita persempit persoalan di tempat ini.

Sebuah organisasi nongereja memiliki militansi di tingkat atas hingga paling bawah. Hirarki itu terjaga untuk memastikan roda organisasi berjalan seperti yang termaktub dalam AD ART. Jika itu tidak dilaksanakan ada sanksi yang jelas. Dan biasanya anggota atau pengurus organisasi seperti itu tidak akan mau terkena sanksi karena akan ia akan kehilangan keistimewaan atau keuntungan tertentu. Contohnya organisasi politik atau kemasyarakatan. Jabatan anggota DPR seperti Marissa Haque bisa dicabut karena melawan Megawati, atau Yahya Zaini karena bertindak asusila.

Organisasi dunia memiliki pengikat yang nyata. Ada dua yang nyata dan menggiurkan yaitu uang dan kekuasaan. Organisasi gereja apalagi kita di CP BSD ini berharap pada satu hal saja dan itu terserah kepada Allah. Hidup kekal. Yang waktu untuk memperolehnya kita tidak tahu.

Lihat perbedaannya. Organisasi dunia bisa memberikan uang dan kekuasaan dalam kesegeraan, tetapi gereja tidak. Organisasi kita mungkin memiliki peraturan sidang, namun peraturan itu tidak semilitan organisasi dunia. Bahasanya pun menurut saya tidak secanggih bahasa hukum seperti dalam AD ART di organisasi dunia.

Seorang ketua diakon pasti tidak memperoleh apa-apa dari jabatan itu Tekor lebih mungkin. Padahal kalau di organisasi seperti partai Golkar itu jabatan Ketua Departemen apa begitu. Jatah minimal adalah calon jadi anggota DPR.

Di dalam organisasi gereja, kita hanya memiliki satu ikatan satu tujuan, yang direkatkan oleh satu kasih dan satu jiwa.

Flp. 2:2: karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

Apakah itu satu kasih dan apakah itu satu jiwa jika kita implementasikan dalam kehidupan berjemaat sekarang?

Usia CP BSD sudah 20 tahun lebih. Usia ini tidak lagi muda tetapi juga tidak cukup tua dibandingkan organisasi dunia yang bertahan sampai sekarang. Pertanyaannya, apakah kita sudah cukup dewasa dan mampu menerjemahkan perkataan satu kasih dan satu jiwa.

Kisah 4:32 mengingatkan kondisi saat Para Rasul bekerja bahwa jemaat saat itu Sehati sejiwa sehingga segala sesuatu milik bersama. Menurut saya hal ini tidak berarti kita seperti Negara sosialis komunis yang mengatakan milik saya bisa diambil seenaknya oleh Negara atau orang lain. Namun apa yang bisa kita bagikan adalah milik bersama. Contohnya pot luck. Sudahkah kita perhatian dengan sebelah kita yang tidak mendapat lauk sementara di piring kita ada tumpukan makanan yang bergabung seperti bukit tigginya. Saya sering kasihan melihat beberapa orang yang memberi kesempatan pada orang lain untuk makan, tetapi mereka akhirnya hanya mendapat kuah saja.

Ini bukan masalah kuantitas namun adakah di benak kita pertanyaan jika saya makan sebanyak ini apakah masih ada untuk orang lain? Sikap saya harus keras untuk ini, karena kalau anda tidak berpikir untuk orang lain, maka anda tidak akan bisa sehati sejiwa. Sehati sejiwa tidk berbicara anda keluarga saya atau bukan. Kita satu keluarga satu saudara di dalam Tuhan.

Namun itulah fakta yang ditemui bila sebuah organisasi semakin besar. Ikatan antarpersonal cenderung kian longgar. Sekali lagi pengikat organisasi kita adalah tujuan yang tidak instant tidak ada uang dan kekuasaan.

Tahukah anda salah satu organisasi tertua dan terkuat yang masih ada sampai sekarang? Gereja Katolik Roma. Menurut Wikipedia, Gereja Katolik Roma menjadi legal sebagai organisasi tahun 380 saat kaisar Theodiseus I menetapkan hukum yang menunjuk Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Roma. Sampai sekarang organisasi ini tidak sekedar mengurus umat dan gereja, tetapi juga Negara, hukum dan perekonomian. Hal-hal inilah yang membuat Katolik tetap kuat sebagai organisasi dan pengikutnya memiliki militansi dan ikatan yang kuat.

Sekali lagi kita tidak memiliki itu. Jadi kalau mau keluar-keluar aja, toh tidak ada fasilitas yang hilang. Mau membangkang? Membangkang aja toh tidak ada jabatan yang perlu dipertaruhkan.

Namun secara khusus Alkitab memerintahkan kita untuk menjaga ikatan persaudaraan di tengah ketiadaan fasilitas itu. Kita baca di Ibr 13:1

Mari kita lihat mengapa kita perlu menjaga kasih persaudaraan? Apa itu kasih persaudaraan?

Ef. 4:16: Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

Perhatikan: Huruf N pada Nya yang besar, kemudian ada istilah rapih tersusun, ada ikatan, ada pelayanan, dan ada pertumbuhan serta kasih. Allah meminta umatnya bergabung terorganisir secara rapi, saling melayani, dan bertumbuh di dalam kasih. Itulah kasih persaudaraan.

Jadi kalau kita sikut-sikutan, tidak melayani, tidak ada kasih, membenci satu sama lain, maka tidak ada kasih persaudaraan.

Apakah yang bisa menyebabkan hilangnya kasih persaudaraan?

Manusia diciptakan oleh Allah secara unik. Organisasi terbentuk dari individu-individu yang unik tadi. Sehingga semakin banyak individu yang terlibat keunikan tadi justru menjadi sumber gesekan.

1. Egoisme dan kesombongan;

2Tim. 3:2: Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,

keakuan seseorang yang tidak terkontrol membuatnya sulit menghargai orang lain. Persaudaraan bisa terjadi bila dua orang atau dua kelompok merasa seimbang, tidak ada yang lebih tinggi dan yang lain. Status social yang tinggi, pendidikan yang tinggi, fisik yang lebih baik, kemampuan diri yang tidak dimiliki orang lain, kuat dalam berebut makanan, membuat seseorang menjadi sombong; egonya lah yang selalu menjadi lebih penting dari orang lain.

Mat. 7:3: Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

2. Iri hati

Yak. 3:16: Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Ini adalah situasi kebalikan dari yang di atas. Egoisme dan kesombongan menerpa pemilik kekuatan, kekayaan, kecantikan dan hal-hal lebih lainnya, tetapi iri hati adalah milik mereka yang biasanya berkekurangan.. sulit bagi saudara-saudara yang berkekurangan untuk melakukan hal-hal wajar, jika mereka tidak memiliki kepercayaan diri, kebanggan pribadi. Akibatnya ia menjadi soliter, penyendiri, membentuk kelompok sendiri, iri melihat yang mampu tertawa-tawa dan mungkin akan menimbulkan kekacauan.

Gereja HKBP adalah salah satu organisasi kekristenan tertua di Indonesia. Namun organisasi ini di ambang perpecahan karena rebutan asset dan uang. Satu kelompok mementingkan diri karena tengah berkuasa dan kelompok lain iri karena tidak memperoleh bagian.

Fakta hampir serupa tetapi tidak sama juga melanda banyak sidang Advent. Padahal organisasi ini nggak punya fasilitas sehebat HKBP apalagi Katolik. Tetapi perpecahan terjadi setiap tahun ada saja yang berebut kekuasaan menjadi pegawai jemaat. Iri hati dan egoisme serta kesombongan adalah penyakit yang menggerogoti kasih persaudaraan.

Ingat persaudaraan adalah hubungan setara, seimbang dan saling menghormati hak dan kewajiban orang lain. Jika ada yang tidak seimbang dan tidak menghargai, sudah pasti pesaudaraan tidak akan tercapai.

Ams. 17:9: Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.

Sebuah organisasi tua lainnya yang masih eksis, bahkan disebut-sebut memiliki pengaruh besar di Negara-negara di dunia adalah Freemason. Organisasi ini berdiri tahun 1717 di Inggris. Hanya beberapa orang saja yang dduk-duduk dan sepakat membentuk Freemason brotherhood. Kini organisasi ini berkembang seperti gurita. Banyak presiden Amerika dan pempimpin politik Eropa adalah anggota Freemason. Organisasi ini diduga memiliki kekerabatan dengan satria Templar atau Templar Knight yang ikut perang salib di Yerusalem abad 11 dan meletakkan persaudaraan sebagai asasnya. Itu sebabnya di beberapa tempat Freemason mendapat citra sebagai kelompok persaudaraan Kristen fundamentalis. Seorang Amerika yang saya temui di Washington dengan bangga mengatakan ia adalah seorang Masonry julukan untuk anggota Freemason. Begitu eratnya persaudaraan Freemason ini, sehingga ketika ia bertugas ke Eropa dia cukup berbekal surat keanggotaan itu maka seluruh pintu rumah Masonry terbuka untuknya. Betapa nikmatnya ikatan persaudaraan seperti itu.

Bagaimana menjaga kasih persaudaraan?

1. Menyucikan diri; baca 1 Petrus 1:22. dan 2Kor. 13:11 bagian a: Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Dan 2Ptr. 1:7: dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

Seseorang yang telah menjaga kesucian diri, kesalehan dan kesempurnaan diri pasti menjaga tindak tanduk dan perkataannya. Segala kesombongan dan iri hati musnah, karena hanya Roh Kudus lah yang menjaga seluruh panca inderanya.

2. Melayani dengan kasih dan rendah hati; 1Ptr. 4:10: Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.

Gal. 5:13: Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.

Ef. 4:2: Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Flp. 2:3: dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

1Ptr. 3:8: Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.

Jangan pikir melayani itu mudah. Ia adalah salah satu persoalan berat. Mengapa? Mereka yang memiliki kelebihan selalu ingin memerintah dan sukar bergerak memberi pelayanan. Yang berkekurangan akan selalu berada di bawah karena tidak mampu berdiri sama tegak dengan yang berpunya. Maka hubungan keduanya bukanlah persaudaraan, tetapi eksploitasi majikan dan bawahan. Bahasa Indonesia untuk orang yang melayani : adalah pelayan. Kata itu bisa bikin banyak orang alergi dan gerah.

Saya memiliki kekaguman kepada anggota Palem Semi. Saat kebaktian gabungan di Palem Semi bulan lalu, banyak ibu yang turun tangan membantu orang-orang yang hendak makan. Bahkan saya menyaksikan ada ibu yang menjumputi sampah yang berserakan. Saya malu karena bukan saya yang melakukannya padahal saya berada dekat dengan sampah itu.

3. Komunikasi;

Jemaat kita heterogen. Usia, suku, pendidikan, status social, sifat, berbeda. Masalah atau gesekan bisa terjadi karena komunikasi yang terganggu. Seperti apa komunikasi itu? Komunikasi ada dua bentuk yaitu verbal dan nonverbal. Kata-kata dan gerakan tubuh. Senyum adalah bahasa universal. Berapa banyak senyum yang anda tebarkan hari ini? Seberapa hangat jabatan tangan yang anda lakukan kepada sebelah anda? Itulah komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal atau kata-kata sudah pasti bisa bermasalah karena perbedaan persepsi. Oleh sebab itu berhati-hatilah dalam berbicara.

Rm. 14:10: Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah.

Ef. 4:32: Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Ibr. 10:24: Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.

Im. 19:17: Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia

Apakah yang terjadi bila kasih persaudaraan itu terjaga?

Wahyu 7:9; kalau kita bisa menyelesaikan persoalan antar saudara, maka kita pun layak untuk hidup bersaudara di surga.

Namun ada perinatan-peringatan sebagai berikut, karena munculnya bibit pertikaian dan perpecahan antarsaudara yaitu:

1. Orang yang mengalami kepahitan karena tidak mendapat dukungan dari saudara seiman

Ibr. 12:15: Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

2. Ada orang yang mendapat tugas khusus untuk merusak persaudaraan itu

Yud. 1:4: Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus

Jadi waspadalah Ibrani 13:1 mengingatkan kita untuk memelihara kasih persaudaraan agar kita menjadi tubuh Kristus yang akan berbuah bersama-sama. Kiranya Tuhan memberikan kita semua hikmat dan kasih dengan limpah untuk kemulianNya

Earlier Days

RIWAYAT TERBENTUKNYA JEMAAT CEMPAKA PUTIH-BUMI SERPONG DAMAI (CP-BSD)

Penarikan jiwa untuk mengenal Tuhan kita Yesus Kristus dan bertambahnya gereja baru adalah tujuan Organisasi Masehi Advent Hari Ke Tujuh sedunia. Inilah pendorong diadakannya ceremah dan diskusi tentang Gereja Rumah pada Minggu terakhir bulan Juni 1986 di Gedung Pertemuan Advent Jl. Thamrin 22 Jakarta oleh Pdt. Dr. Charles Grivin dan Pdt Dr. Ingada.

Akhirnya diskusi tersebut bermuara pada usaha pembentukan sebuah perkumpulan baru pada bulan Februari 1987 oleh Sdr. Thomas Poluan. Kel. Efli Abdulah, Kel. Krisna Sumanti, Kel. E Laoh dan Kel. JA Langitan. Diskusi berlanjut pada hari Jum’at tanggal 22 Mei 1987 saat Sdr. Raymond F Laoh bertemu Kel. E Laoh. Kata mufakat pun tercapai untuk mengadakan kebaktian pertama di rumah Kel. Efli Abdulah pada hari Sabat 23 Mei 1987. Lebih dari itu, semua yang hadir setuju untuk mengadakan Kebaktian Sabat dan Malam Sembahyang secara bergilir dari rumah ke rumah.

Setelah Kebaktian Sabat tanggal 23 Mei 1987 di Kusen I, Kebaktian malam Sembahyang tanggal 27 Mei 1987 di Kel. JA Langitan, atas persetujuan bersama, Kel. JA Langitan dan Kel. K Sumanti diutus untuk mengunjungi Pdt. Tommy Langitan dan mengundang beliau untuk menggembalakan Perkumpulan Cempaka Putih.

Gayung pun bersambut. Pada Kebaktian Malam Sembahyang tanggal 3 Juni 1987 Pendeta Tommy Langitan hadir dan bersedia menjadi Gembala perkumpulan baru ini. Setelah 7 Sabat, tepatnya pada tanggal 4 Juli, 1987 perkumpulan ini memiliki nama baru yaitu “Cempaka Putih”. Nama yang dipilih oleh Pdt Tommy Langitan.

Langkah kian pasti ketika perjamuan suci pertama digelar pada 11 Juli 1987 dan disambung dengan pemilihan pegawai-pegawai Jemaat Sementara (PJS).

Setelah 8 bulan, Perkumpulan Cempaka Putih diakui keberadaannya melalui Pengumuman Daerah pada Kebaktian 51 Sidang di Aula Pemadam Kebakaran Matraman di akhir Desember 1987. Pdt. Tommy Langitan juga ditetapkan sebagai gembalanya.

Pada Kebaktian Rabu malam tanggal 27 Januari 1988 khotbah Sdr. Eddy Laoh dengan bantuan Roh Suci telah menggerakkan dan membangkitkan semangat dan kerinduan seluruh anggota supaya bergerak lebih aktif dalam rencana pengorganisasian. Maka pada Sabat tanggal 30 Januari 1988, seluruh anggota yang dipimpin oleh Sdr. K Sumanti, telah bersatu hati dan memutuskan dengan suara bulat bahwa tanggal 14 Februri 1988 adalah tanggal pengorganisasian Perkumpulan Cempaka Putih. Acara peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 1988 di Gedung Perwakilan Sulut oleh Pdt. K Onsoe.

Tercapainya rencana ini bukanlah tanpa pergumulan. Dalam perencanaan, sering kami di hadang oleh penguasa kegelapan dan dihadapkan pada situasi mengambang, perasaan gelisah dan hampir kecewa. Bukannya oleh kuat, dalam keadaan tidak berdaya Allah mengutus hambaNya menjadi saluran berkat untuk menjawab doa Jemaat ini dan menjawab setiap doa pribadi.

Bagi Jemaat Cempaka Putih, tanggal 14 Februari adalah tanggal kelahiran dan kemenangan iman. Pada hai ini tanggal 21 Februari 1988 kira rayakan kelahiran dan kemenangan itu.

Jakarta 21 Februari 1988

Jemaat Cempaka Putih

Ditulis oleh Sekretaris Sidang Cempaka Putih

Yuliana J Hikoe L

Diedit ulang oleh Sekretaris Sidang CP BSD

Indiarto Priadi pada 14 Januari 2008


DATA GEREJA CEMPAKA PUTIH BSD

NAMA JEMAAT : GMAHK CEMPAKA PUTIH

KEGIATAN PERBAKTIAN MULAI : 23 MEI 1987

ANGGOTA PERTAMA : 34 ORANG

DIORGANISER/DIREMIKAN : 21 FEBRUARI, 1988

YANG PERNAH MENJADI GEMBALA :

A. PDT. TOMMY LANGITAN 1988 – 1989

B. PDT. NN. ELPINA SITEPU 1990

C. PDT. J.A. MANURUNG 1991 – 1998

D. PDTM. SUCIYANTO 1999 – 2002

E. PDTM. YAN PENLA’ANA 2003 – 2006

F. PDT. S. J. MALAU 2007 - PRESENT TIME



ACARA PERESMIAN JEMAAT CEMPAKA PUTIH

PENDAHULUAN

:

UCAPAN SELAMAT DATANG, DISAMBUNG DENGAN LAGU PILIHAN OLEH JEMAAT CEMPAKA PUTIH

KEBAKTIAN

:

NYANYIAN PEMBUKAAN LS. NO. 41 “ 1-3

NYANYIAN PEMBUKAAN

:

LS. NO. 41 “ 1-3

DOA PEMBUKAAN OLEH

:

PDT J. SITORUS (DIR. KOMUNIKASI / ASSO PG BID AB.)

LAGU PILIHAN

:

DARI PADUAN SUARA THE VOULENTEERS

PEMBACAAN

:

RIWAYAT TERBENTUKNYA JEMAAT CEMPAKA PUTIH

LAGU SPECIAL

:

THE BLESSING SINGERS

KHOTBAH PERESMIAN

:

PDT. K. ONSOE, KETUA DAERAH GMAHK JAKARTA DAN SEKITARNYA.

NYANYIAN TRIO

:

JEMAAT KELAPA GADING

PERESMIAN JEMAAT CP

:

PDT. A TAMB. M. DIV

DOA KHUSUS

:

PDT. ZACHARY, DIR KEPENDETAAN MAHK DIV. TIMUR JAUH DI SINGAPORE

LAGU PILIHAN


PD. THE VOULENTEERS

KATA SAMBUATAN

:

PIMPINAN MAHK DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA

LAGU

:

VG : JEMAAT RAWAMANGUN

KATA SAMBUTAN

:

DARI KETUA UNI INDONESIA BAGIAN BARAT

LAGU SPECIAL

:

THE BLESSING SINGERS

ACARA RAMAH TAMAH

:

MAKAN DAN MINUM




Note :

Pendeta Dr. Zachary dan istri bekerja sama untuk membuat film dokumentasi Peresmian Jemaat Cempaka Putih

Malaikat Tuhan menjaga kue di mobil VW Kel. Sumanti

Berkat Tuhan melalui makanan dan minuman yang melimpah.

Note :

· Pend

Sejarah Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh

Pada awal abad ke-19 banyak orang Kristen – termasuk di dalamnya kalangan Baptis, Presbiterian, Metodis, Lutheran, Anglikan, Kongregasionalis – melakukan studi mendalam tentang Daniel 8. Para penyelidik Alkitab itu mengharapkan beberapa kejadian yang sangat penting akan terjadi sehubungan dengan nubuatan 2300 petang dan pagi dalam Daniel 8. Salah satu kelompok yang menonjol dalam penyelidikan ini dipimpin William Miller, seorang anggota Gereja Baptis. Mereka percaya bahwa Yesus akan datang ke bumi pada tanggal 22 Oktober 1844. Belakangan pengikut-pengikut Gerakan Miller ini menyadari bahwa mereka telah keliru menafsirkan hari kedatangan kembali Yesus, dan menyebut hari yang mereka harapkan Yesus akan datang sebagai "Hari Kekecewaan".Penyelidikan Alkitab yang sungguh-sungguh memberikan penjelasan bahwa pada hari itu Yesus memasuki ruang maha suci di Bait Suci surgawi dan memulai penghakiman dunia ini. Di Bait Suci/kaabah surgawi itu Yesus Kristus memimpin pekerjaan penghakimannya demi keselamatan manusia sebab “Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” (Ibrani 7:25). Gereja Advent percaya bahwa Yesus akan segera datang, namun tidak seorangpun tahu kapan harinya. Selama lebih kurang 20 tahun pengikut-pengikut Miller tersebar di Amerika Serikat tanpa terorganisir. Pengikut-pengikut Gerakan Miller ini antara lain: James White, Ellen G White, dan Joseph Bates. Pada bulan Mei 1863 sebagian pengikut Gerakan Miller secara resmi membentuk organisasi gereja yang bernama General Conference of Seventh-day Adventists di Battle Creek, Michigan dengan anggota sebanyak 3.500 orang. Melalui penginjilan yang intensif, Gereja Advent berkembang pesat hingga ke seluruh dunia. Pada tahun 1903 kantor pusat denominasi ini pindah ke Tacoma Park, Maryland. Tahun 1989 hingga sekarang, kantor pusat Gereja Advent berada di 12501 Old Columbia Pike, Silver Spring, MD 20904, USA.

Our Beliefs

Adventists Believe


As a Christian church, Seventh-day Adventists are a faith community rooted in the beliefs described by the Holy Scriptures. Adventists describe these beliefs in the following ways:

God's greatest desire is for you to see a clear picture of His character. When you see Him clearly, you will find His love irresistible.

For many, "seeing God clearly" requires that they see God's face. However, how He looks is not the issue. Seeing and understanding His character is what's most important. The more clearly we understand Him, the more we will find His love irresistible. As we begin to experience His love, our own lives will begin to make more sense.

God most clearly reveals His character in three great events. The first is His creation of man and woman--and His giving them the freedom of choice. He created humans with the ability to choose to love Him or to hate Him! The death of Jesus Christ, God's only Son, on the cross as our substitute is the second great event. In that act He paid the penalty we deserve for our hateful choices toward God and His ways. Jesus' death guarantees forgiveness for those choices and allows us to spend eternity with Him. The third event confirms the first two and fills every heart with hope: Christ's tomb is empty! He is alive, living to fill us with His love!

Jesus' disciple John wrote that if everyone wrote all the stories they knew about Jesus, the whole world could not contain them. Our knowledge of God helps us understand His love, character, and grace. Experiencing that love begins a lifelong adventure in growth and service. This knowledge and experience powers our mission to tell the world about His love and His offer of salvation.

Scripture is a road map. The Bible is God's voice, speaking His love personally to you today.

The Bible speaks the Creator's directions to us, like a detailed road map that clearly shows the exit ramp directly into heaven. It is also much like an owner's manual for a life ready to be lived on the cutting edge of liberty.

Sometimes His voice speaks through stories, such as those of David and Goliath, Ruth and Boaz, Naaman's little servant girl, Christ on the cross, and fisherman Peter learning how to tend sheep. Some of these stories teach us how to handle the troubles we face each day. Others fill us with hope and peace. Each of them is like a personal letter from God to you.

Portions of Scripture are direct instructions and laws from God such as the Ten Commandments, recorded in Exodus 20. These tell us more about God and His expectations for us. When people asked Jesus to summarize these commands, He focused on the way God's love affects the way we live. "Love the Lord your God with all your heart, mind, and soul," He said. "And love your neighbor as you love yourself."

On other pages the Bible gives God's practical advice and encouragement through parables, lists, promises, and warnings. Amazingly, though many different writers throughout thousands of years wrote the Bible, each page describes the same God in ways we can understand and apply in our lives today. This book is always His voice talking personally to anyone who is willing to read and hear.

God loves us even when we choose to reject His love. In those times He allows us to walk away into the life of our own choices. Yet He is still there, always ready to redeem us from the results of our decisions.

Jesus is the one who never changes in a universe that always does. Jesus is Creator, Sustainer, Saviour, Friend, God's Son, and God Himself!

Everything in this world is always changing, even our desires, interests, skills, and body shapes. But Jesus? He's consistent. He's always the same. Sure, He's always surprising us and touching our lives in thousands of new and different ways, but His character is unchanging. He's God's Son, the Creator, our Saviour, and Friend.

Jesus has promised to be all of that, and more, for each of us. We can trust His promises because He is God. When the words of Colossians say "in Him all things hold together" (1:17, NIV) that includes everything in our lives. He keeps us whole when the enemy is trying to make us fall apart.

Seventh-day Adventists believe that Jesus is one of the three persons, called the Trinity, who make up our one God. The Bible describes Jesus, the Father, and the Holy Spirit as each being committed to our growth as Christians and to our salvation as their children. They made this salvation possible when Jesus came to Bethlehem as a human baby. He lived a life perfectly in accord with God's will and then died innocently for all of our sins. He was placed in a borrowed tomb, but He came back to life three days later. Now he is in heaven interceding with the Father for us, preparing for our deliverance from sin and death.

When everything may be falling apart, when you feel totally alone in the universe, Jesus is right there in the center of it all, offering personal peace and hope. Allow Him into your life. He immediately begins "remodeling" who you are and how you live. Jesus, in fact, is busily transforming His followers into accurate representatives of God's character.

Look to Jesus, and you'll be looking into the understanding and loving face of God.

God's vision for you is life as He lives it! God loves you, and wants to give you the highest quality of life imaginable.

No, not a second-rate existence somewhere on earth, but the highest quality of life imaginable, here and in eternity with Him! That's what God wants us to have. The best!

This is why He provides church families where we can belong. This is why He gives each of us special gifts and talents, so we can live life fully. Amazingly, this is why He's concerned about what you're doing, when you're doing it, and how you relate to Him. God doesn't want anything to get in the way of our friendship. He especially doesn't want us to get involved in anything damaging or hurtful. He's like a loving father or a good big brother. He's someone who loves you so much that He's always looking out for you.

When God designed you, He included special talents and skills that will help you become a uniquely valuable individual. These may be your ability to teach, your love for others, or your leadership skills. Still, whatever special gifts you have received, God has also provided all of the energy and wisdom necessary for you to use them well.

By the way, how God feels about death is part of the quality life He offers. For followers of Christ, death holds no fear. Remember, Jesus defeated death on Calvary and has given us freedom from death. Cemeteries, then, are filled with followers of God who are in the "peaceful pause before the resurrection." Yes, they are dead, but that death holds no power over their future. Jesus is coming to take them (and those of us who are still living) HOME! Death is almost like a wintery promise of spring.

The Seventh-day Adventist faith in today and in the future comes from seeing this life "overflowing" with hope!

Because love is the key aspect of His character, God is also deeply into gratitude. Before we even finish saying thank you, He's already busy sending more blessings.

In the heart of God is a place you can experience as home. God loves you, and wants to spend time with you personally, one on one, as two close friends.

Because you and God are friends, you will spend time together as friends do. Each morning you'll share a hello and a hug and discuss how you can face the day's events together. Throughout the day you'll talk with Him about how you feel. You'll laugh with Him at funny things and ache with Him over sadness and hurts. It's pleasant being God's friend, able to snuggle comfortably into the safety of your relationship. You can always trust Him to treat you well, because He loves you.

The seventh day (Saturday) is an extra-special part of the relationship. The Bible, from Genesis through Revelation, describes the seventh day as the one day God has set aside for focused fellowship with His people. God has named that day "Sabbath" and asked us to spend it with Him. "Remember the sabbath day," He says, "to keep it holy." The Sabbath is a whole day to deepen our friendship with the Creator of the universe! A day when we're together, Jesus with us and us with Jesus.

There's another great truth about friendship with God. It doesn't end in a cemetery, for God is planning a homecoming better than anything we can dream. A homecoming filled with angels, trumpets, Jesus, and resurrections! He's promised to bring His followers, those who have accepted the offer of His life-changing love, from this earth to His home, a place He calls heaven. A place where our friendship can go on growing forever, endlessly, joyfully!

  • God keeps a family album-and your picture is in it. God loves you and has a plan for your life.

God's love is about you. Personally.

God made you and has a very special plan for your life. It's a plan that will fill you with hope, love, peace, and activity. In fact, when Christ paid the penalty for sin on the cross, that gave Him the right to claim you as His own. As a result, you can experience His love and priceless salvation freely and fully without limit.

By the way, pictures of everyone fill that album: Nepalese, Brazilians, Nigerians, Yupiks, Germans, people of every nation, culture, background, gender, hair color, and foot size. In God's eyes all are equally "children of the King"!

Salvation? God cleans away all our sins and replaces them with His goodness. We don't have to be "good" for Him to accept us. Nevertheless, we must accept His promise and allow Him to clean out everything the enemy has left in us. Then we begin to experience the transforming power of His love. It's like a giant war: one side pulling us toward empty pleasure and destruction, and God urging us to accept His offer of peace and purpose.

Remember, Jesus has already won the war. He is victorious! We celebrate His victory in our lives when we participate in the Lord's Supper. This meal includes three symbols:

  • Foot washing (which symbolizes our commitment to love others as Jesus loves us),
  • bread ("This bread is my flesh," Jesus said, "which I will give for the life of the world," John 6:51, NIV), and
  • wine or grape juice ("Whoever eats my flesh and drinks my blood has eternal life." John 6:54, NIV)

To help us understand how God can transform us into His children, Jesus modeled the process of baptism for us. Baptism symbolized dying to self and coming alive in Jesus. Seventh-day Adventists practice full immersion baptism because by being fully buried beneath the water we symbolize that God's grace fully fills us with His new life for the future. Through baptism we are truly born again in Jesus.

Eternal life, peace, purpose, forgiveness, transforming grace, hope: Everything He promises is ours, because He's offering it and He's shown we can trust Him to do exactly as He promises. Accept His gifts, and you immediately become an active part of His family, and He joyfully becomes part of yours.


http://www.adventist.org/beliefs/index.html