God of Small Things atau Tuhan atas Perkara-perkara Kecil

Ketika berbicara tentang alam semesta, secara otomatis kita akan berpikir siapa yang membuatnya? Siapa yang memilikinya? Siapa yang mengaturnya?

Di luar sana banyak orang pintar, cendekiawan, ilmuwan, ahli fisika membicarakan teori penciptaan alam semesta yaitu Big Bang atau ledakan besar. Tidak ada makhluk yang terlibat dalam peristiwa itu. Namun teori itu pun layak kita pertanyakan bagaimana alam mengatur diri sendiri. .

Saya mengajak Anda kembali membayangkan bila bermilyar-milyar benda langit (istilahnya googol untuk angka sebanyak 24 digit) bertindak semaunya sendiri alangkah semrawutnya alam semesta ini. Seperti halnya lalu lintas di Jakarta karena adanya pembangunan busway. Tabrakan antarbenda langit masih terjadi, makanya kita lihat meteor. Tetapi sejauh ini hal itu belum membuat masalah karena di langit kita ada atmosfer yang menjadi selimut pelindung sekaligus sumber oksigen.

Pasti ada sesuatu, yaitu makhluk yang sangat berkuasa yang mengatur hukum di alam semesta. Sehingga Semua benda langit berjalan teratur

Ayat-ayat berikut

Mazmur 19:2 Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

Ayb. 38:33: Apakah engkau mengetahui hukum-hukum bagi langit? atau menetapkan pemerintahannya di atas bumi?

Mazmur 89:11-12 Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi, dunia serta isinya Engkaulah yang mendasarkannya; seharusnya membuat kita lebih percaya bahwa Tuhan adalah pencipta, pemilik dan pengatur alam semesta.

Tidak ada orang beriman yang menyangsikan kebesaran Tuhan. Yang luar biasa, Tuhan secara konsekuen mengatur ciptaannya secara teliti.

Namun hanya membicarakan karya Tuhan pada perkara-perkara besar dapat membuat kita rendah diri. Dapat timbul pertanyaan apakah Tuhan akan perhatian kepada hal-hal kecil. Apakah Ia peduli terhadap urusan dan kesuitan saya? Kemudian kita cenderung mengabaikan rasa terima kasih atas KasihNya.

Saya tidak akan mengatakan anda semua tidak melibatkan Tuhan dalam hidup anda. Pekerjaan, jodoh, masa depan, kesehatan, tidak mungkin terlewatkan dari permintaan kita kepada Tuhan. Tapi bagaimana dengan tubuh yang membungkuk, nafas yang sesak, jerawat yang tumbuh melewati normal, atau berterimakasih karena nafas yang kita hirup sehari-hari atau darah yang mengalir secara spontan dari jantung kita. Apakah itu juga anda komunikasikan denganNya?

Saya selalu kagum pada setiap orang yang menyaksikan hubungan pribadinya dengan Tuhan. Saya mungkin adalah salah satu orang yang tidak pernah memiliki keberanian atau memiliki sebuah hal yang dapat saya saksikan tentang karya besar Tuhan pada saya. Untuk itu seharusnya saya malu dan harus mengubah cara pandang tentang karya Tuhan pada manusia. Tuhan ternyata masih bersedia repot-repot mengurus persoalan kecil setiap kita dan makhluk hidup lain.

Saya ajak anda menyimak ayat berikut untuk melihat kesediaan Tuhan mengurusi ciptaannya dari ukuran konglomerat hingga ke hal-hal mikro.

2Taw. 7:13: Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku,

Sengaja saya mengutip ayat itu tanpa konteks dengan ayat-ayat yang sebelum dan sesudahnya. Saya mengajak anda melihat dan menggaris bawahi hal-hal berikut. Ayat tersebut sama seperti Perda DKI yang berlaku setiap pukul 7.00-10.00 dan 16.30-19.00 yaitu three in one. Pengaturan terhadap tiga hal termaktub dalam satu ayat, yaitu Allah mengatur benda langit (langit dan cuaca) yang luuuuuuaaaaassss sekali, makhluk hidup (belalang, hasil bumi atau tumbuhan dan umatKU/manusia) serta benda mikro (penyakit sampar atau pes).

Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah dapat saja mengabaikan kejadian ini. Toh hanya dua butir debu di pantai alam semesta. Namun tanggapan Sang Pencipta begitu luar biasa. Mungkin di luar nalar, yaitu ia membuat rencana penebusan yang tidak akan pernah dimengerti.

Pada saat yang bersamaan telah terjadi perubahan dramatis pada satu planet bernama bumi akibat dosa. Penyakit, kelaparan, kejahatan bahkan kematian, yang mungkin tidak pernah ada sebelumnya. Menghadapi hal ini manusia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali melibatkan kekuasaanNya.

Ef. 4:10: Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.

Kehadiran Kristus di dunia tidak melulu menyiapkan rencana penebusan yang merupakan usaha mahabesar dan beresiko tinggi. Ellen White pada Signs of Times 25 Okt 1905 menulis “pekerjaan Kristus adalah untuk membersihkan orang kusta dari penyakitnya yang berbahaya itu merupakan satu ilustrasi peerjaanNya dalam membersihkan jiwa-jiwa dari dosa. Orang yang datang pada Yesus adalah mereka yang penuh dengan kusta. Racun yang mematikan telah menguasai tubuhnya. Para muridNya berusaha mencegah tuan mereka menjamahnya, karena saat itu ada pengertian barangsiapa yang menjamah orang berpenyakit kusta akan menjadi najis. Tetapi dengan menaruh tanganNya ke atas orang itu, Yesus tidak menerima kenajisan itu. jamahanNya memberikan satu kuasa hidup”.

Kutipan tadi kita dapat artikan pada pekerjaan Kristus yang mengurusi dua hal. Pertama penebusan secara makro, yaitu menebus/menyucikan umat manusia dari dosa yang dilambangkan penyakit kusta. Kedua Kristus menyucikan secara mikro dengan menyembuhkan penyakit kusta.

Saya tinggalkan sebentar pekerjaan makro Kristus karena hendak mengajak anda pada istilah God of Small Things atau Allah atas perkara-perkara kecil. Penyakit kusta disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae. Penyakit yang sudah jarang ditemukan di jaman sekarang ini biasanya timbul karena hidup kita tidak higienis. Jarang mandi atau tidak pakai sabun. Ia timbul seperti panu yang berwarna putih atau kemerah-merahan. Mula-mula kecil dan menyebar. Penyakit ini sangat tepat menggambarkan dosa. Dosa selalu timbul karena kita bergaul dengan lingkungan yang buruk, berpikir dengan semangat kepicikan benci dan iri hati. Seperti racun yang menyebar tanpa terasa hingga akhirnya membuat kita tenggelam. Kusta pun demikian. Seperti panu yang cenderung diabaikan penyakit kusta menyebar perlahan hingga tiba-tiba menjadi kronis. Akibatnya satu-demi satu anggota tubuh copot, karena persendian yang rapuh termakan sang bakteri. Pengobatannya berlangsung lama 1 hingga 3 tahun. Kalaupun sembuh, kerusakan yang terjadi bersifat ireversibel atau tak dapat dikembalikan seperti awal. Demikian pula dosa. Penebusan memang hanya sekali, tetapi pengobatannya terutama mengubah sifat dan perilaku sehari-hari bersifat lama, bahkan tak jarang kambuh kembali. Sebut saja sifat pemarah dan iri hati yang dapat timbul sewaktu-waktu walaupun seseorang telah menerima Kristus sebagai penebus.

Manusia memiliki kecenderungan mengabaikan hal-hal kecil. Mengapa? Seperti halnya lusifer yang terjerumus ke dalam dosa, karena sibuk berpikir pada hal-hal di luar dirinya. Kekuasaan, kekuatan, penebusan, dan penciptaan adalah obsesinya, yang membuatnya tidak memiliki rasa terima kasih atas tugas besarnya sebagai pejabat elite di pemerintahan surga. Manusia yang jatuh ke dalam dosa sering mengadopsi pemikiran bapa segala kejahatan itu yang gemar berpikir ekstra besar, dan melupakan hal-hal remeh namun penting.

Mat. 6:26: Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

Mat. 10:29-30: Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.

Burung pipit adalah salah satu burung yang sering diabaikan. Tidak cantik seperti cendrawasih. Kecil tidak seperti burung elang yang kokoh dan tangkas. Namun makhluk sekecil itu Tuhan perhatikan dan pelihara. Demikian juga jumlah rambut yang Tuhan dapat hitung, menandakan Ia tidak hanya maha mengetahui, tetapi juga sangat peduli. Manusia biasanya cuma peduli pada warna rambut, kesehatan rambut, tatanan rambut dan mode. Tidak banyak yang peduli dengan jumlah rambur. Mungkin ada yang tahu berapa jumlah rambut rata-rata manusia? Perempuan? Laki-laki? Orang Papua atau bule? Berapa jumlah rambut normal di kepala? Kalau jumlah rambut yang rontok normalnya berapa, kita lebih tahu, karena sedikit. Tetapi jumlah rambut di kepala? Tuhan tahu dan peduli, karena Dia yang menciptakan.

Matius 17:20 mengatakan: Tidak ada masalah yang terlalu besar bagi Allah. Namun berpijak pada Matius 6:26 dan Matius 10:29-30, adalah masuk akal pula untuk mengatakan : Tidak ada masalah yang terlalu kecil bagi Allah!

Namun masuk akal untuk mempertanyakan seberapa kecil yang Allah pedulikan dari persoalan kita? Tidakkah Allah punya persoalan sesemesta alam untuk diurus, sehingga tidak elok bila kita mengajukan persoalan jerawat kepada Dia. Betulkah begitu?

Saya teringat kotbah pendeta Malau Sabat lalu. Beliau mengingatkan kita untuk melibatkan Tuhan dalam pendidikan anak-anak kita sampai urusan bayar uang sekolah. Mengutip beliau, Tuhan mengatakan anakanak adalah titipannya sehingga adalah masuk akal untuk melaporkan persoalan anak-anak kita kepadaNya.

Saya menangkap hal itu bukan sekedar persoalan lapor-melapor. Ada yang lebih krusial, yaitu masalah kedekatan hubungan kita dengan Bapa kita. Ingat saya menekankan kata Bapa sebagai kata ganti Allah atau Tuhan. Karena istilah itu, seharusnya Anak-bapa berkomunikasi secara dekat.

Matius 6:6: Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Matius 14:23: Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.

Luk. 6:12: Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

Ayat-ayat tersebut secara khusus mengandung arti penciptaan hubungan yang erat. Saya membayangkan dengan pengertian saya hubungan erat antara orang tua dan anak seperti kepada Joshua dan Diva. Kami akan bercakap-cakap tentang pelajaran di sekolah, tentang jerawat Jojo yang mulai timbul, atau Diva yang makannya banyak. Rasanya tidak ada hal yang terlalu remeh untuk tidak dibicarakan dalam kesempatan perbincangan itu.

Berdoa di dalam kamar menciptakan suasana yang bebas dari perasaan takut ketahuan orang lain, atau malu atas isi doa itu juga kekhusukan menjadi lebih terjaga. Kita bebas berbicara apa saja kepadaNya.

Yesus juga mencari waktu khusus yang disisihkanNya untuk berbicara dengan Bapa di surga. Yang menarik adalah tengah malam hingga menjelang dini hari. Sepertinya bukan waktu yang pendek. Saya membayangkan waktu selama itu (minimal dua jam) tidak hanya diisi dengan minta kekuatan, kesehatan, atau makanan hari ini yang mungkin selesai hanya dalam 10 menit. Bayangkan dengan doa terpanjang kita kalau doa syafaat paling banter 5 menit. Itu pun kita akan mengeluh lutut atau dengkul sudah sakit atau punggung sudah pegal atau kita tidak tahu mau bicara apa lagi. Kita tidak terbiasa berbicara hal-hal remeh dan kecil pada Bapa kita. Jadi saya pikir, selain berbicara tentang bebannya yang harus mati di kayu salib, Yesus akan juga berbicara tentang kelakuan para Imam, Petrus yang keras kepala, Thomas yang tidak mau percaya atau Yudas yang siap menyerahkanNya kepada imam Yahudi.

Kini perhatikan tiga ayat berikut;

Mzm. 37:5: Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;

Mazmur 55:22: Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.

1Ptr. 5:7: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Saya mengajak anda secara khusus pada untuk memperhatikan kata segala pada 1 Petrus 5:7. Apakah ada batasnya kata segala itu? Entah jika ada berpendapat lain, saya mengartikan segala berarti semuanya tak ada batasnya baik jenis maupun ukuran besar kecil.

Banyak kasus kriminal di kalangan remaja, seperti perkelahian, mabuk, narkoba, hubungan seks di luar nikah pelakunya adalah remaja yang bermasalah di rumah. Entah orang tua yang bercerai atau terlalu sibuk. Tidak ada waktu yang cukup bagi orang tua dan anak untuk duduk bersama mendengarkan atau merasakan problema sang anak hingga sekecil-kecilnya. Atau anak yang takut kepada orang tuanya sehingga lebih suka menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebaya, yang mengantarkannya ke jurang kesesatan.

Untuk skala makro hubungan erat antara Bapa kita di surga dan kita sebagai individu seharunya tercermin dalam hubungan antara orang tua dan anak. Semakin erat hubungan itu semakin manis pula ikatan keduanya, tanpa ada pengganggu. Kita pun dapat mengungkapkan hal-hal apa saja kepadaNya.

Hambatan hubungan erat antara manusia dan Penciptanya adalah:

  1. dosa
  2. rasa rendah diri

Kedua hal tersebut saling berkaitan. Dosa menghalangi kita mendekat kepada kemuliaan Tuhan. Kalaupun kita sudah ditebus oleh darah Yesus, sudah keburu tercipta kerusakan dan hambatan berupa rasa rendah diri yang kronis. Kita cenderung melewatkan waktu bersama-sama dengan Dia. Bahkan doa yang harusnya menjadi media komunikasi menjadi sekedar rutinitas. Doa makan, doa tidur, doa perjalanan dan doa-doa biasa lainnya yang bukan wadah yang menunjukkan kedekatan kita dengan Bapa kita. Tahan nggak kita berbicara dengan Tuhan seperti halnya Yesus berdoa semalaman? Ini PR kita bersama.

Lalu apa sih untungnya kita melaporkan hal-hal kecil dan remeh kepada Tuhan? Ingat Tuhan mempersilakan kita menyampaikan segala kekuatiran. Sekali lagi segala kekuatiran.

Pertama: kita mendapat jaminan full coverage/ perlindungan penuh seperti asuransi all risk, tidak ada kata kecuali.

Kedua: hubungan kita dengan Tuhan menjadi akrab. Ada sekelompok orang yang gemar curhat melalui buku harian/jurnal/diary. Biasanya buku tersebut akan selalu dibawa kemana-mana oleh sang penulisnya karena keterikatan yang erat. Demikian juga hubungan yang timbul jika kita gemar berbicara dengan Tuhan hingga ke hal-hal remeh.

Ketiga: tumbuh rasa terima kasih dan syukur, karena kita terbiasa mengamati uluran tangan Tuhan pada hal-hal kecil di sekeliling kita. Seberapa seringkah kita bersyukur karena darah kita mengalir dengan lancer, walau kita tidur. Atau pernahkan kita memerhatikan betapa nikmatnya buang air tanpa hambatan setiap hari, karena mekanisme tubuh kita tidak bermasalah? Inilah hebatnya orang yang melihat campur tangan Tuhan pada hal-hal kecil, ia akan selalu menganggap perlu untuk mengatakan Tuhan terima kasih atas hidup saya yang indah sampai ke hal-hal remeh.

Saudara, saya mengajak kita semua termasuk saya sendiri untuk mengembangkan cara berkomunikasi yang berbeda sama sekali dengan Tuhan. Tuhan memang mahatahu, Ia tahu persoalan kita hingga sekecil-kecilnya. Namun Ia telah menebus kita tidak hanya sebagai makhluk ciptaan tetapi juga sebagai anak yang perlu dekat setiap hari. Jangan khawatir untuk menyampaikan hal-hal remeh kepadaNya karena Ia Bapa kita, Bapa yang baik yang akanmendengarkan setiap keluhan anakNya.

Betapa indahnya hubungan Henokh dengan Tuhan seperti tertulis Kej 5:24., Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah. Jika kita mau hidup di surga dengan Tuhan selama 1000 tahun, kita harus tahu bagaimana berkomunikasi dengan nyaman hingga ke hal-hal yang paling kecil sekalipun.

Kiranya Tuhan memberkati.